Tips Membuat Buyer Persona Berdasarkan Lead yang Masuk
Selama mengoperasikan bisnis, pernah menggunakan lead management software atau belum? Kalau belum, sayang sekali. Sebab, software tersebut bisa menghemat waktu hingga lebih dari 85% daripada mencatat lead yang masuk secara manual. Selain itu, bisa pula untuk memudahkan proses pembuatan buyer persona sebagaimana yang tertera di bawah ini.
Katakanlah data-data tersebut didapat dari program campaign menggunakan FB Ads, SEM, atau Instagram Ads. Apakah buyer persona yang dihasilkan benar-benar valid? Rasa-rasanya tidak deh. Daripada menerka-nerka, lebih baik lakukan saja wawancara dengan seseorang yang berasal dari lead. Pastikan seseorang tersebut “mewakili mayoritas” data yang masuk.
Proses wawancara dilakukan dengan nada bercanda saat mengunggah postingan yang menghibur atau mengedukasi. Dari jawaban langsung tersebut, baru bisa dijadikan data valid untuk bikin buyer persona. Soalnya, seringkali profil yang dipajang di media sosial tidak sama dengan aslinya. Lantas, berapa kali mewawancarai mereka? Sekenanya saja, asal di momen yang tepat.
Setelah memantau, tanyakan pula alasannya. Dari jawaban mereka itu, nantinya bisa dijadikan patokan untuk memperbaiki kualitas layanan atau produk. Misalnya tentang kecepatan membalas pesan via WhatsApp, produk kurang enak, dan sebagainya. Menjadi pendengar untuk kabar buruk memang terasa sulit, tapi proses ini harus dilalui dengan baik.
Selain mengecek data dari lead, cek pula faktor lain seperti konsumen, referral (hasil rekomendasi), serta jaringan pada pihak ketiga. Faktor tersebut yang nantinya akan menguatkan “model” target bisnis dalam buyer persona.
Misalnya nih, kan sekarang ini hampir tiap orang punya media sosial. Sebarkan saja survei online via beranda. Dibandingkan di Instagram atau Twitter, paling enak lewat Facebook karena terasa lebih intim. Pertanyaan untuk keperluan survei sebaiknya menggunakan teknik “open-ended question”. Dari situlah baru terasa betapa efektif kekuatan “mengapa”.
Sejauh ini, dari sekian banyak aplikasi sales software Indonesia, Jala termasuk salah satu yang paling banyak diminati oleh korporat besar. Sebut saja Sinarmas, Peugeot, IMS Group, hingga Intiland. Saat ini, aplikasi Jala bisa Anda unduh lewat Google Play Store maupun App Store.
Di era yang serba-cepat seperti sekarang, keberadaan lead management software tentu sangat membantu. Baik untuk mengumpulkan prospek maupun bikin buyer persona dan campaign. Ketika yang lain sudah menggunakan peralatan canggih dan serba otomatis, masa sih Anda lebih memilih cara-cara lama yang menguras banyak waktu dan tenaga?
Mewawancarai Pihak-Pihak yang Hendak Dijadikan Model
Para pelaku bisnis, acapkali hanya “menerka-nerka” maksud dari mayoritas lead yang masuk. Setelah itu, bikin buyer persona menggunakan teknik “dugaan dan siapa tahu benar”. Biasanya, acuan untuk bikin buyer persona melingkupi area kebiasaan, usia, daftar situs website yang dikunjungi, idola, dan sebagainya.Katakanlah data-data tersebut didapat dari program campaign menggunakan FB Ads, SEM, atau Instagram Ads. Apakah buyer persona yang dihasilkan benar-benar valid? Rasa-rasanya tidak deh. Daripada menerka-nerka, lebih baik lakukan saja wawancara dengan seseorang yang berasal dari lead. Pastikan seseorang tersebut “mewakili mayoritas” data yang masuk.
Proses wawancara dilakukan dengan nada bercanda saat mengunggah postingan yang menghibur atau mengedukasi. Dari jawaban langsung tersebut, baru bisa dijadikan data valid untuk bikin buyer persona. Soalnya, seringkali profil yang dipajang di media sosial tidak sama dengan aslinya. Lantas, berapa kali mewawancarai mereka? Sekenanya saja, asal di momen yang tepat.
Mendata Orang-Orang yang Suka dan Tidak Suka
Data yang masuk melalui lead management software kan cukup banyak tuh. Pilih yang mewakili “suara mayoritas” saja. Kemudian pantau di antara mereka yang suka ataupun tidak suka dengan produk Anda. Untuk menguji kualitas produk di pasaran, memang tidak boleh mengandalkan “cinta buta” dari mereka. Seringkali, kritik yang muncul justru memberikan pandangan baru.Setelah memantau, tanyakan pula alasannya. Dari jawaban mereka itu, nantinya bisa dijadikan patokan untuk memperbaiki kualitas layanan atau produk. Misalnya tentang kecepatan membalas pesan via WhatsApp, produk kurang enak, dan sebagainya. Menjadi pendengar untuk kabar buruk memang terasa sulit, tapi proses ini harus dilalui dengan baik.
Selain mengecek data dari lead, cek pula faktor lain seperti konsumen, referral (hasil rekomendasi), serta jaringan pada pihak ketiga. Faktor tersebut yang nantinya akan menguatkan “model” target bisnis dalam buyer persona.
Manfaatkan Kekuatan “Mengapa”
Pada waktu mengajukan pertanyaan pada prospek, sebaiknya perbanyak kata “mengapa” untuk menghadirkan “sebab”. Soalnya jika jawaban yang didapat hanya “ya atau tidak”, sama sekali tidak membantu dalam dunia bisnis. Kalau sungkan mengajukan pertanyaan langsung atau wawancara, bisa menyebarkan survei secara online.Misalnya nih, kan sekarang ini hampir tiap orang punya media sosial. Sebarkan saja survei online via beranda. Dibandingkan di Instagram atau Twitter, paling enak lewat Facebook karena terasa lebih intim. Pertanyaan untuk keperluan survei sebaiknya menggunakan teknik “open-ended question”. Dari situlah baru terasa betapa efektif kekuatan “mengapa”.
Saat Ini, Apakah Ada Lead Management Software yang Bagus?
Ada. Cukup banyak sih. Hanya saja, untuk keperluan mendata lead yang masuk dalam waktu singkat, salah satu pilihan terbaiknya jatuh pada aplikasi Jala. Sebagai sales software Indonesia, Jala memberikan kemudahan dalam hal “akses” maupun “pendataan lead” secara lengkap.Sejauh ini, dari sekian banyak aplikasi sales software Indonesia, Jala termasuk salah satu yang paling banyak diminati oleh korporat besar. Sebut saja Sinarmas, Peugeot, IMS Group, hingga Intiland. Saat ini, aplikasi Jala bisa Anda unduh lewat Google Play Store maupun App Store.
Di era yang serba-cepat seperti sekarang, keberadaan lead management software tentu sangat membantu. Baik untuk mengumpulkan prospek maupun bikin buyer persona dan campaign. Ketika yang lain sudah menggunakan peralatan canggih dan serba otomatis, masa sih Anda lebih memilih cara-cara lama yang menguras banyak waktu dan tenaga?
Komentar
Posting Komentar